NGANJUK, expressimedia.com – Tanggal 10 April 2025 menjadi momen bersejarah bagi Kabupaten Nganjuk. Bertempat di Alun-Alun Nganjuk, peringatan Hari Jadi ke-1088 Kabupaten Nganjuk digelar dalam sebuah upacara khidmat yang dipimpin langsung oleh Bupati Marhaen Djumadi dan Wakil Bupati Trihandy Cahyo Saputro.
Upacara yang dimulai pukul 07.30 WIB itu dihadiri oleh jajaran Forkopimda, DPRD, perwakilan dari daerah tetangga, hingga pelajar dan masyarakat umum.
“Usia 1088 bukan usia yang singkat. Nganjuk telah menjadi bagian dari sejarah panjang Jawa Timur, dan merupakan salah satu wilayah tertua setelah Kediri dan Pasuruan,” ujar Kang Marhaen dalam sambutannya.
Refleksi Sejarah dan Tantangan Pembangunan
Mengusung tema “Nganjuk Melesat, Maju, dan Sejahtera,” Kang Marhaen mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan peringatan ini sebagai refleksi atas sejarah Anjuk Ladang — yang bermakna “tanah kemenangan.”
“Peringatan ini bukan hanya seremoni, tapi momen memperkuat semangat pantang menyerah dan mental juara bagi seluruh warga,” tegasnya.
Bupati juga menyoroti capaian pembangunan daerah. Pada tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nganjuk mencapai 4,93 persen, sedikit menurun dari 5,40 persen pada tahun sebelumnya. Namun, menurutnya, ini adalah tantangan yang harus dihadapi bersama.
Dari sisi makro ekonomi:
- PDRB Nganjuk berada di kisaran Rp30–32 triliun per tahun.
- Pendapatan per kapita menyentuh Rp30 juta/tahun atau Rp2,5 juta/bulan, di atas UMK.
- Tingkat pengangguran terbuka turun dari 4% menjadi 3%, dengan target penurunan hingga 1,5–2%.
- Angka kemiskinan juga berhasil ditekan dari 11% menjadi 10%.
Pemerintah juga terus mendorong pengembangan Kawasan Industri Nganjuk (KING) dengan mengajukan 1.200 hektare lahan ke pemerintah pusat sebagai lokasi industri baru.
Prosesi Manusuk Sima, Doa Bersama di Candi Lor
Usai upacara, rangkaian peringatan dilanjutkan dengan Prosesi Manusuk Sima Bumi Swatantra Anjuk Ladang di Candi Lor, Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, sekitar pukul 10.00 WIB. Prosesi ini melambangkan pembebasan pajak (tanah perdikan) yang dilakukan oleh Mpu Sindok kepada Mpu Anjuk Ladang pada 10 April 937 M.
“Prosesi ini adalah bentuk doa bersama untuk keselamatan dan kemakmuran masyarakat. Manusuk Sima secara historis hanya terjadi sekali, dan setiap tahun kita mengenangnya sebagai bentuk rasa syukur,” ungkap Kang Marhaen.
Ia menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai sejarah dan budaya sebagai kekuatan pembangunan karakter generasi muda serta sebagai daya tarik pariwisata lokal.
Ajak Bersatu Bangun Nganjuk
Menutup sambutannya, Kang Marhaen menyerukan semangat “nyawiji” (bersatu) dalam membangun Nganjuk.
“Dulu kita mengenal semangat ‘Nganjuk Bangkit’, sekarang saatnya kita ‘gaspol’ mewujudkan ‘Nganjuk Melesat’. Kita wujudkan Nganjuk yang maju dan rakyatnya sejahtera,” pungkasnya.
Penghargaan & Apresiasi
Upacara Hari Jadi ke-1088 juga diwarnai dengan penyerahan penghargaan kepada siswa dan guru berprestasi tingkat provinsi dan nasional. Turut hadir dalam acara ini para kepala OPD, staf ahli bupati, camat, perbankan, instansi vertikal, hingga tamu undangan dari kabupaten tetangga seperti Kediri, Jombang, Bojonegoro, dan Madiun.